Mengenal Bahan dan Sifat Pozzolan

Kamis, 15 Juli 2010

Menurut Neville (1998), sifat pozzolan adalah sifat yang dimiliki bahan-bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina. Sebenarnya bahan tersebut tidak memiliki sifat seperti semen. Namun apabila bahan tersebut digiling hingga halus dan dicampur dengan klinker di finish mill untuk membentuk semen dan kemudian semen tersebut bereaksi dengan air maka akan membentuk senyawa CSH dan CAH. Sehingga bahan pozzolan tersebut akan mempunyai sifat seperti semen. Reaksinya yaitu senyawa silika dan alumina akan mengikat senyawa Ca(OH)2 untuk membentuk senyawa CSH dan CAH :

C3S + H2O ==> CSH dan Ca(OH)2

C2S + H2O ==> CSH dan Ca(OH)2

Ca(OH)2 + H2O + SiO2 ==> CSH

Ca(OH)2 + H2O + Al2O3 ==> CAH

Bahan pozzolan terbagi menjadi 2 yaitu pozzolan alam dan pozzolan buatan. Bahan pozzolan alam contohnya yaitu trass, sedangkan bahan pozzolan buatan contohnya yaitu fly ash.

Pustaka :

Neville, AM. 1998. Properties of Concrete. Fourth Edition.

Proses Kering

Pada proses ini bahan baku dihancurkan di dalam raw mill dalam keadaan kering dan halus. Untuk menunjang proses pengeringan di raw mill maka udara panas sebagai media pengering dialirkan dari tanur putar. Kemudian hasil penggilingan raw mill tersebut yang berkadar air 0,5 - 1% dikalsinasikan di dalam tanur putar. Konsumsi panas di rotary kiln yang dibutuhkan yaitu 900 - 700 Kcal/Kg klinker. Hasil pembakaran di tanur putar berupa butiran hitam yang disebut terak / klinker. Kemudian terak / klinker tersebut digiling di finish mill dengan menambahkan gipsum pada perbandingan tertentu untuk membentuk semen. Proses kering ini menawarkan banyak keuntungan yaitu: tanur putar yang digunakan relatif pendek, kapasitas produksi lebih besar, konsumsi panas yang digunakan relatif rendah sehingga konsumsi bahan bakar rendah, sehingga menjadikan proses kering ini pilihan banyak produsen semen dalam proses pembuatan semennya.

Pustaka:

Austin, G.T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries.

Proses Semi Kering

Proses ini dikenal dengan nama grate process yang merupakan transisi antara proses basah dan kering. Pada proses ini umpan tanur disemprot air dengan alat yang bernama granulator (pelletizer) untuk mengubah umpan tanur menjadi granular atau nodule dengan kandungan air 10 - 12% dan ukurannya 10 -12 mm seragam. Proses ini menggunakan tungku tegak (shaft kiln) atau long rotary kiln. Konsumsi panas untuk proses ini sebesar 1000 Kcal/Kg klinker.

Pustaka:

Austin, G.T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries.

Proses Semi Basah

Pada proses ini penyediaan umpan tanur hampir sama dengan proses basah, namun umpan tanur yang akan diberikan, disaring terlebih dahulu dengan press filter. Filter cake dengan kadar 15 - 25% digunakan sebagai umpan tanur. Konsumsi panas yang digunakan pada proses ini cukup besar sekitar 1000 - 1200 Kcal/Kg klinker. Proses ini jarang digunakan karena biaya produksinya yang terlalu besar dan kurang menguntungkan.

Pustaka:

Austin, G.T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries.

Proses Basah

Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air dalam jumlah tertentu dan dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur halus dengan kadar air 25 - 40% (slurry) dikalsinasikan dalam tungku panjang (long rotary kiln). Produk hasil semen akan diperoleh setelah pengeringan dilakukan.

Pustaka:

Austin, G.T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries.

Proses Produksi Semen Portland

Menurut Austin (1984), dalam proses produksi semen, saat ini dikenal 4 (empat) macam proses pembuatan semen yaitu:

1. Proses Basah

2. Proses Semi Basah

3. Proses Semi Kering

4. Proses Kering.

Pustaka :

Austin, G.T. 1984. Shreve's Chemical Process Industries.

Semen Trass

Semen yang dihasilkan dengan menggiling campuran antara 60 %– 80 % trass atau tanah yang berasal dari debu gunung berapi yang serupa dengan pozzolona dengan menambah CaSO4.

Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.